Merefleksi diri untuk selalu introspeksi diri

 


Pendidikan sangatlah penting untuk eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk komunikasi dengan Tuhannya ataupun dengan sesame manusia. Diatara fungsi belajar dan pengetahuan tidak lain adalah untuk memperhalus prilaku, memperindah sikap dan mempertajam rasa kepekaan terhadap kehidupan, baik dengan manusia atau lingkungan lainnya.

Bagaimanapun derajat manusia di dunia, pengetahuan mengajarkan untuk tetap rendah hati, andab asor, tidak mengangkat kepala dan dadanya ataupun dengan nada-nada yang mengindikasikan sikap sombong. Pendidikan, pengetahuan dan sejenisnya mengecam keras sikap-sikap yang demikian, apalagi sampai merendahkan dan tidak menghargai dan menghormati orang lain. Karena sejatinya manusia yang disebut dengan makhluk sosial tidaklah bisa hidup dengan baik, harmonis dan tentram tanpa keterlibadan dan saling tolong menolong dengan manusia lainnya. Disinilah diantara maksud ayat “dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan” ataupun ayat surat Al Hujurat ayat 13 berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Orang yang terlahir biasa saja akan berkata demikian "Menjadi pribadi yang dilahirkan dipelosok desa yang jauh dari perkotaan, lebih-lebih lingkungan tempat lahirnya adalah di lereng pegunungan membuat pribadi manusia lebih sadar diri, tidak mudah tersinggung dan pekerja keras untuk mengubah kondisi ekonominya yang pas-pasan. Hal yang demikian ini membuat sadar diri bahwa aku hanyalah pemuda yang lahir di desa, fisik dan rupa biasa saja, harta juga tidak punya dan bukan orang yang berpunya, ilmu dan pengetahuan juga tidak seberapa, dengan ini mungkin memang pantas jika selalu dipandang sebelah mata, menjadi maklum jika tidak dihargai dan dihormati, lebih-lebih sulit diterima oleh orang yang secara ekonomi dst lebih dari diri ini."

Dalam pribahasa disebutkan demikian "Aku memang tidak minta dihormati dan dihargai, tapi aku tau cara menghormati dan menghargai orang lain. Sebagai orang yang biasa saja dalam aspek apapun tentu aku lebih sadar diri dan berfikir 100x untuk melangkah pada tahap apa yang lebih di atas aku. Namun demikian aku bukanlah pengecut yang mudah tumbang dan putus asa, karena aku punya komitmen dan prinsip yang tidak mudah dilantakkan oleh orang lain."

Menjadi orang penyabar memanglah sangat amat indah untuk menikmati setiap tahapan dan langkah dalam hidup, hidup lebih tentram dan tenang tatkala selalu sabar dan mengutamakan prasangka baik terkait apapun yang terjadi dalam lintas kehidupan ini. Tapi, akankah sabar yang terus dipupuk dan dipertahanan itu akan terus bertahan dan semakin membaik kualitas sabarnya, atau justru ada celah-celah yang membuat sabar itu lantak dan menghardik apa yang sedang disabari.? Sabar itu selalu dibutuhkan tapi tegas dengan santun tetap harus ditampakkan. Disinilah celah yang membedakan antara sabar dan tidak sabar, sabar tidak selalu tentang diam, menerima apapun yang terjadi tanpa usaha lebih baik dan evaluasi diri. karena sabar adalah terus memperbaiki dan berbenah diri, evalusi diri untuk meningkatkan kualitas diri dihadapan Allah melalui iman, islam dan ihsah serta amal yang tidak cacat dengan dosa.

Terkait dengan ikatan interaksi dengan sesama manusia terbagi menjadi dua hal, pertama dengan tetangga, kedua dengan keluarga.

Menjaga keharmonisan dengan tetangga tidaklah rumit dan sulit jika kita mengetahui betul kultur dan sikap manusia di tempat itu pada umumnya dan kita tau cara bersikap dengan adaptasi dan mengelastisitas diri dengan lingkungannya. Namun tidak dengan kehidupan dalam keluarga, kalaupun komunitasnya lebih sedikit jumlah individunya, namun disitulah permasalahan lebih mudah merongrong keharmonisan di dalamnya. Komunikasi, sikap pemaaf, menghargai perbedaan, mengalah dan saling berusaha menjaga ikatan sakralnya merupakan hal yang harus selalu dirawat dan dipertahankan.

Komunikasi menjadi penentu hidup tidaknya suatu hubungan, karena dengan komunikasi kualitas hubungan lebih tampak subur dan berbunga-bunga, tentu harus diimbangi dengan sikap komitmen yang tinggi, pemaaf, saling menghargai dan menyayangi dst.

Orang yang sudah terbiasa hidup dalam kondisi biasa saja, lebih mudah beradaptasi dengan orang yang lebih tinggi derajat ekonominya. Artinya dia lebih mudah tau cara bersikap dan menghormati orang lain dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tuanya sejak di desa. Melihat kehidupan di desa lebih inten dengan tetangga dalam bercakap-cakap dan interaksi lainnya yang di situ terdapat penanaman adab yang tinggi kepada anaknya. Bagaimana cara bersikap kepada yang lebih tua, cara bertetangga yang baik dan seterusnya.

Aku pernah mendengar bahwa yang biasa tidak menghormati orang lain kelak akan tidak dihormati pula orang orang lain. Begitu juga dengan sikap negatif lainnya yang seharusnya tidak dilakukan. Menyakiti manusia baik secara fisik ataupun peraaan merupakan perbuatan dzolim yang harus dimintai maaf atas sikapnya. Kita tau bahwa kesalahan kepada sesama manusia lebih berat hisabnya dari pada kesalahan dengan Allah yang mana Allah maha pengampun.

Marilah kita terus berbenah diri, tidak mengharap dihormati oleh banyak orang tapi kita harus tau cara mebghormati dan menghargai orang lain sekalipu kita tidak dihormati balik.

Marilah kita menjadi penyabar tapi tidak diam ditempat melainka terus berupaya melakukan perbaikan dan evaluasi diri untuk lebih baik lagi dalam hal apapun, entah ibadah ataupun nilai ekonomi, sikap, akhlak dan lainnya.

Marilah kita perupaya tidak bersikap yang bisa menyakiti orang lain, karena dengan kita menyakiti orang lain nilai kualitas kita sebenarnya telah turun dan akan terus terdegradasi.

Cintailah orang yang mencintai kita, cintailah orang yang kita pilih, cintailah kedua orang tua kita, guru kita. Balaslah cinta itu dengan cinta juga. Mari kita terus tingkatkan taat kita kepada Allah dan hindari sikap-sikap yang mengindikasikan pada sikap durhka kepada orang tua, lebih lebih kita yang sudah belajar tentang apa itu baktikepada orang tua yang telah merawat kita sejak kecil hingga besar demikian.

Menerima apa yang menurut kita bukan pilihan dan kemauan kita belum tentu akan memberatkan kita dan mensulitkan kita untuk bahagia sesuai persepsi dan takaran kita. Bisa jadi itulah jalan bahagia yang sesunbgguhnya untuk kehidupan selanjutnya dan berikutnya. Karena yang tidak kita sukai belum tentu tidak baik, bisa jadi itulah yang terbaik bagi kita.

Ikhlas dan ridho atas apa yang terjadi adalah sikap yang baik. Marilah kita terseyum tanpa dimintai senyum dan berpura-pura tersenyum. Sikap hipokrit tidaklah baik untuk kehidupan.


0 Komentar