Setiap murid atau santri (Pelajar), sudah seharusnya mempunyai sifat dan sikap yang baik dalam bersosial sehari-hari. Pelajar yang baik ialah mereka yang mampu menjaga prilaku dan perkataannya serta hatinya dari perkara-perkara yang tidak baik, seperti halnya memukul, menendang, mencuri, melanggar perintah agama atau bahkan suka menyebarkan berita-berita palsu dan juga suka merasani atau menggosipi orang lain. Hal yang demikian ini sungguh amat tercela.
Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, teknologi serba ada untuk kehidupan manusia, rasanya apapun bisa dilakukan dengan kecanggihan teknologi tersebut. Akhir-akhir ini sedang semaraknya dan gencar-gencarnya orang-orang yang berlomba-lomba membuat berita bohong dan juga ada yang dengan senang hati mengkonsumsinya bahkan disebar luaskan tanpa mencaari tahu terlebih dahulu kevalidtan dan kebenaran suatu berita yang diterimanya serta disebar luaskan olehnya. Terlebih apapun yang berbau agama, ataupun politik maka keduanya akan sangat mudah menjadi topik utama di sosial media, sehingga siapapun bisa membacanya dan dengan kemudahan untuk percaya tanpa mencoba mencari kebenaran suatu berita tersebut oang-orang langsung menyebar luakan tanpa berfikir dua kali.
Anehnya, tidak sedikit yang menjadi korban orang-orang yang tertipu dengan suatu berita dan juga menjadi pengonsumi berita bohong ialah kaum santri, bahkan mereka juga yang ikut andil menyebar luaskan berita tersebut. Mereka menjadi lebih mudah percaya pada berita yang menurut mereka berita tersebut harus disebarkan agar teman-temannya juga menyetahui. Seharusnya sebagai kaum yang berilmu dan mengetahui dosa bagi orang yang membuat suatu kabar bohong atau menyebarkan kabar atau berita bohong, seharusnya lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi bacaan, berita dan semacamnya, termasuk juga harus lebih berhati-hati dalam menyebarluaskan berita tersebut.
Seorang pelajar, khususnya santri seharusnya dalam mensikapi suatu berita mencontoh bagaimana ulamak ahli hadits. Ulamak ahli hadits tidak mudah menerima dan percaya pada orang yang menyampaikan suatu hadits yang sampai padanya sehingga terbukti kebenarannya, mereka sangat hati-hati dalam menerima hadits, bahkan jika orang yang menyampaikan hadits itu pernah berbohong satu kali saja maka berita yang dibawanya termasuk hadits yang disampaikannya oleh ahli hadits kurang dipercaya dan itu menjadi kelemahan bagi hadits. karena sifat dan sikap orang yang membaca berita atau hadits, maka berpengaruh pada kualitas dan kebanaran beritanya tersebut.
Santri seharusnya juga bersikap demikian, bersikap layaknya cara ahli hadits dalam menerima hadits dari seseorang. Tidak akan percaya pada berita apapun dan ulamak siapapun yang menyampaikannya sampai terbukti kebenarannya. Dengan demikian santri sudah ikut andil dalam menepis berita bohong dan juga ikut andil dalam mengurangi skala besar tersebarnya berita bohong tersebut.
Hal-hal yang seperti ini menjadi harus lebih dihindari dan berhati-hati bagi santri dalam menerima suatu berita untuk dibacanya, apalagi sampai disebar luaskan.
Berita bohong atau hoax biasanya dibuat dan disebar luaskan oleh akun atau situs-situs yang kurang kredibel dan tidak bertanggung jawab, dengan demikian diantara cara selain cara di atas untuk menghindari berita bohong atau hoax, maka bisa dengan cara berikut:
Pertama: Pembaca harus mencermati alamat situsnya terlebih dahulu, jika yang menyebarkan tersebut adalah situs-situs yang tidak bertanggung jawab dan validitas serta kredibilitasannya kurang, maka lebih baik hindari dan menghapus berita yang sampai pada dirinya baik di Wa, facebook, instagram dan media sosial lainnya.
Kedua: Pembaca lebih-berhati-hati dengan bacaan yang sifatnya memprovokasi atau menyudutkan suatu kelompok, ormas atau menjelekkan individu orang lain. Media sosial menjadi senjata tajam dan cepat untuk menyebarakan berita bohong bagi orang lain, mengingat betapa banyaknya orang yang mudah menshare sebelum mensaring berita terlebih dahulu, seakan menjadi menyesal jika tidak ikut membagikan. padahal dengan ikut membagikan berita bohong itu dia sendiri juga termasuk orang yang menyebarkan berita bohong tanpa dia sadari, dan menyebarkan berita bohong itu doa besar.
Ketiga: Periksa fatka, yakni dengan memeriksa fakta yang aktual terkait suatu berita yang dibacanya. maka pembaca harus memperhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti Polri atau KPK? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Keempat: Pembaca harus melihat siapa orang yang menyampaikan beritanya, karena kualitas berita yang dibawanya akan mempengaruhi pada kualitas berita yang dibawa itu sendiri. Baik dari segi kebenarannya serta yang lainnya.
Berita bohong atau hoax sangat berpotensi memecah belah antar saudara, kelompok atau ormas dan bahkan bisa mengakibatkan pertumbahan darah. Dengan demikian marilah kita bersama-sama menjauhkan diri dari golongan yang suka membuat dan menyebarkan berita bohong atau hoax, sehingga dengan kita tidak ikut andil dalam dua kegiatan tersebut (membuat dan menyebarkan berita bohong), maka sejatinya kita sudah ikut menghentikan menyebarnya berita bohong itu. Minimal mengurangi menyebarnya berita bohong itu pada orang-orang yang kita kenal. Sehingga kehidupan lebih damai dan tentram.
0 Komentar