Faham yang salah, salah yang kaprah

Faham salah


Akhi-akhir ini banyak orang yang salah kaprah dan salah faham dalam memahami makna hidup dan pedoman hidup, sesuka mereka dan semau mereka ayat dan hadits ditafsiri. Sehingga semboyan mereka tetap tidak ubahnya, ini bid'ah, mari kembali ke jalan Allah, mari hijrah, jihad di jalan Allah, dan yang begitu itu sesat dan kafir. serasa tidak ada lagi kata dan bahasa lainnya yang lebih higinis

Diantara penyebab menjamurnya faham takfiri pada pribadi seseorang dikarenakan mereka menutup pintu-pintu rahmat dan taufik pada sisi yang selain dia fahami. Apa yang mereka ketahui maka itulah kebenaran tunggal baginya. Sehingga dengan sebab itu mereka mudah menyalahkan dan kalaupun berdiskusi dengan yang lawan pemahaman pasti mereka bersikap ad-hominem ataupun dengan bahasa “pokok e dan semacamnya”.

Panggung-panggung dakwah banyak dikuasai orang-orang yang sepemahaman dengan mereka, kursi-kursi mauidzhoh hasanah banyak diduduki oleh kelompok mereka. Brand mereka adalah Kembali ke jalan Allah, mari hijrah ke jalan yang luruh, bahasa-bahasa yang dipasarkan adalah bahasa yang menyentuh perasaan kaum pemuda, entah tentang cinta, kehidupan keluarga, dan semacamnya. Sehingga bagi yang galau bahasa mereka akan mudah diterima dan kemudian hari apapun yang disampaikan oleh ustadz itu akan tetap diterimanya mentah-mentah sekalipun itu mungkin salah.

Jihad, hijrah, kembali ke jalan Allah, mari kembali kepada al-qur’an dan sunnah dan seterusnya. Bagi mereka yang pandai tentau akan bertanya “sejak kapan saya lari dari Allah, sejak kapan saya meninggalkan al-Qur’an dan sunnah. Apakah kemudian hijrah hanya dimaknai dengan orang yang awalnya penuh maksiat, buka aurat ketika seketika taubat dan menutup sendi-sendi terhormat itu dimaknai dengan hijrah, apakah itu yang disebut dengan hijrah?

Lantas apakah dengan bunuh diri dengan dalih jihad kemudian dijamin masuk surga? apakah sikap yang demikian dibenarkan dalam islam? apakah yang dimaksud dengan jihad itu membunuh sesama islam? memerangi sesama keyakinan? mengolok-ngolok orang yang syahadatnya sama? kiblatnya sama? sholat duhurnya sama dan seterusnya? apakah itu yang disebut dengan jihad? oh, tentu tidak, terlalu hina makna jihad jika ditafsiri sedemikian rupa.

Kesalahan memaknai jihad, hijrah, kembali ke jalan Allah tidak lain diantaranya karena mereka terlalu tekstualis memahami ayat al-Qur’an dan hadits Nabi.

Perlu diketahui bahwa memperdebatkan suatu hukum yang sudah ijma' itu menyalahi aturan, tapi mencerca orang yang beda pandangan terkait hukum yang masih ikhtilaf itu bodoh yang tidak ketulungan. Kendatipun demikian sebisa mungkin mengetahui celah-celah perbedaan agar tidak mudah menyalahkan. Imam Al-Ghazali dawuh bahwa setiap ayat Al-Qur'an punya empat lapis makna: literal, esensial, had dan mathla'. Hati-hati, banyak yang bunuh diri berdalih jihad karena salah memahami ayat Al-Qur'an secara tekstual, lebih-lebih hanya modal terjemahan. Jangan-jangan mereka juga tidak tau apa itu mad thobii dan mas ashli.

Namun demikian kita tetap apresiasi pada mereka yang bertaubat dan menutup rapat-rapat sendi-sendi aurat, menjaga pergaulan dan tetap sopan dalam kata, bahasa, dan sikap.


0 Komentar