Seperangkat cinta

CINTA

Cinta, berbicara perihal cinta adalah materi yang tiada batas, luas cakupannya dan panjang pembahasannya. Rasanya tanpa rasa cinta kehidupan kurang nikmat dengan segala aspek dan efeknya, karena kita tahu ruang lingkup cinta itu sangat luas. cinta pada sesama, pada pasangan, pada barang dan yang harus tetap ada dan hidup rasa cinta itu ialah cinta kepa Allah yang Nabiyullah Muhammad. 

Pertama adalah cinta kepada Allah SWT, ialah rasa yang harus terus dipuuk dan dirawat. rasa yang harus terus digenggam sampai kelak menghadapnya. diantara cara kita membuktikan bahwa kita cinta kepada Allah adalah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban bagi setiap umat muslim, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Dengan melaksanakan sholat kita sudah membuktikan cinta kita kepadanya, ditambah dengan puasa dan zakat maka cinta itu semakin subur. Kemudian melaksanakan haji maka mulai sempurnalah rasa cinta itu pada Allah, karena rukun islam merupakan satu paket yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim. Dan puncak kesempurnaannya adalah ketika kita benar-benar taat pada perintah dan laarangan yang ada, terlebih ditambah dengan amalan-amalan sunnah lainnya.

Kedua ialah cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW. Cinta kepada beliau ialah cinta yang satu paket dengan mencintai Allah, dengan mencintai Rasulullah maka kita juga akan dicintai oleh Allah pula. Sebagaimana yang telah Allah jelaskan dalam al-Qur'an bahwa jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah rasulullah Muhammad niscaya Allah akan cinta pada kalian. Dengan demikian maka jalan dan tangga satu-satunya untuk dicintai Allah ialah dengan mencintai Rasulullah Muhammad. Berikut firman Allah dalam al-Qur'an:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya "Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".


Bagaimana caranya mencintai Allah melalui Nabi Muhammad, yakni dengan mengikuti ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Mengikuti ajaran yang ada dalam al-Qur'an, hadits atau sunnah dan juga mengikuti ijmak ulamak atau ijtihad ulamak. Pertama ialah kita mengikuti ajaran yang disampaikan Allah melalui Rasulullah Muhammad melalui al-Qur'an, Alqur'an ialah pedoman pertama bagi umat islam. 

Dalam Al-Qur'an dijelaskan berbagai hukum figh, tauhid, tasawwuh dan lainnya. sehingga dengan mengamalkan isi al-Qur'an yang sudah di matangkan oleh ulamak maka bagian dari mencintai Allah dan rasulnya. Kedua melalui sunnah atau hadits, tidak semua hukum yang ada dalam al-Qur'an itu disampaikan secara jelas, tapi al-Qur'an dan sunnah atau hadits merupakan dua hal yang saling melengkapi. Mencintai Rasulullah dengan cara mengikuti sunnahnya, bagaimana cara nabi makan, munum, wudluk, berjalan, bersosial, memperbanyak membaca sholawat dan seterusnya. Dengan demikian kita sudah membuktikan cinta kita dalam bentuk prilaku bukan sekedar kata-kata saja.

Ketiga cinta kepada kedua orang tua: diantara mencintai Allah dan Rasulnya ialah dengan melalui taat kepada kedua orang tua, kita tahu bahwa dalam hadits disebutkan diantara penyebab Allah murka dan ridho ialah memalui sebab orang tua murka dan ridho. Jika orang tua murka maka llah juga murka dan orang bagian dari ridho dan murkanya Allah ialah sebagai berikut:

رضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ, وَسخطُ اللَّهِ فِي سخطِ الْوَالِدَيْنِ

Dalam kata cinta harus ada ikhlas keridhoan, mustahil bisa dikatakan cinta jika tidak ada ikhlas dan ridho dalam dirinya. Karena ketika orang sudah mebgatakan cinta dan siap ada dalam dunia cinta, aka dia juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Dengan mencintai berarti sudah siap menjadi budak. 

Kita sebagai anak harus selalu hormat dan taat pada perinta orang tua selagi tidak menyalahi aturan pokok dalam Islam, membahagian kedua orang tua bagian dari jalan mendapatkan ridhonya, dengan orang tua ridho maka Allah juga ridho dan berarti Allah juga cinta pada kita. Anak yang baik dan sholih atau sholihah ialah yang tidak durhaka kepada orang dua, durhaka bisa melalui banyak hal, setidaknya jangan pernah membantah apalagi membentak kedua orang tua. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan dalam al-Qur'an, yakni sebagai berikut:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (٢٣)

Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al-Israa’: 23)

Dalam Hadits yang lain disebabkan bahwa doa kedua orang tua itu mustajab, sehingga sebagi anak sering-seringlah minta didoakan meskipun orang tua sudah pasti selalu mendoakan putra-putranya:

" ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ "

Artinya: "Ada tiga doa yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu; doa orang yang terdzalimi, doa musafir, dan doa orang tua untuk (kebaikan) anaknya,

Maka sebagai seorang anak, menjadi keberuntungan tersendiri ketia kita selalu berada dalam doa-doa orang tua,karena itu bersyukurlah bagi yang kedua orang tuanya masih hidup.

Kemudian yang keempat ialah cinta pada sesama: yakni dengan menjaga kerukunan dan perdamaian bersama, saling menolong, saling mejaga dan saling menasehati. saling mencintai sesama agama, sesama satu bangsa dan sesama umat manusia, dalam hal ini ada kotak-kotaknya tersendiri. Umat muslim sudah seharusnya tau dan mempraktekkan cinta pada kehidupan bermasyarakat, dalam masyarakat tentu akan berinteraksi dengan orang banyak sehingga harus saling menjaga kerukunan dan perdamaian serta keharmonisan dalam kehidupan sosial.

Dalam Aswaja annahdliyah hal ini disebut dengan trilogi ukhuwah: ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah/ukhuwah insaniyah. 

Ukhuwah islamiyah adalah hubungan antara sesama manusia yang berkaitan dengan keagamaan Islam. Ukhuwah islamiyah ini ialah persaudaraan sesama muslim, yang mana tumbuh dan berkembangnya karenasma dalam hal akidah, baik ditingkat lokal, regional, nasional dan juga internasional. Hubungan Ukhuwah islamiyah meliputisemua aspek kehidupan beragama dalam islam, yakni ibadah, munakahat, muamalah, mu‘asyarah, dan juga interaksi keseharian atau sosial yang akan membentuk dan menumbuhkan tali persaudaraan baik.

Adapun ukhuwah wathaniyah adalah cara hubungan antar sesama manusia yang berkaitan dengan ikatan kebangsaan atau kenegaraan. Ukhuwah wathaniyah atau hubungan ini melingkupi aspek yang bsifatnya muamalat, yakni kemasyarakatan dan kebangsaan serta kenegaraan.

Ukhuwah basyariyah merupakan hubungan antara manusia yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat atas dasar rasa kemanusiaan yangada keterkaitannya dengan kesamaan dalam hal martabat kemanusiaan untuk kehidupan yang sejahtera, adil dan damai, tentram dan harmonis.


Kelima adalah cinta pada lawan jenis: yakni pada pasangan halal: Diantara poin penting yang harus ada dalam membina hubungan rumah tangga ialah dengan cinta. Cinta mempunyai kekuatan tersendiri dan beras perannya dalam tumbuh kembangnya bagunan rumah tangga, cinta yang memegang peran awet tidaknya, harmonis atau tidak suatu hubungan dalam berkeluarga sehingga diantara keduanya harus saling mencintai. Dalam membina keluarga keduanya harus saling percaya, saling mendukung, saling ikhlas, ridho, dan punya visi misi yang dibangun bersama untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah serta mubarokah. kehidupan keluarga yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan surga. 

Seringkali orang mengatakan cinta itu begini dan begitu, itu perspektif yang sifatnya masih hidden dan implisit sedangkan aksi dari rasa yang dia rasakan itu bersifat core, atau eksplisit. Rasa yang lebih memungkinkan kebenarannya adalah ketika sudah berupa tindakan, bukan sekedar rasa yang terpendam dan ditimbun atau sekedar kata-kata belaka dan itu tidak baik, setidaknya harus diungkapkan dan dibuktikan dalam bentuk aksi, apapun hasilnya. Pilihannya hanya dua, siap dengan jawaban yang tidak diinginkan dan berbahagia dengan respon lawannya yang sesuai harapan.

Maka dapat dikatakan bahwa cinta yang nyata ialah ketika sudah berupa aksi dari orang itu sendiri, yakni pembuktian dalam bentuk tingkah laku. Karena cinta itu sendiri sifatnya abstrak, hidden dan implisit, sehingga sulit dijangkau oleh akal dan mata penglihatan. 

Setiap orang punya perspektif sendiri terkait cinta, mereka juga punya definisi tersendiri dan bahkan aksi yang ditampakkan juga punya caranya sendiri. Sehingga definisi cinta tidak hanya satu, tergantung sudut pandang manusia yang merasakan dan melaksanakan atau hadir dalam lautan cinta itu sendiri. Maka, jangan pernah nodai bahasa cinta, kata-kata cinta dan kata cinta itu sendiri dengan prilaku dan upacan kita yang kurang baik dan kurang mencerminkan keindahan cinta itu sendiri.


0 Komentar