Hati yang tegar


Bulan Rojab menjadi bulan diantara sekian bulan yang istimewa. Malam tanggal satu Rojab disabdakan oleh Nabi sebagai malam yang mana doa-doa yang dipanjatkan pada malam tersebut akan diijabah atau tidak akan ditolak. Hal ini bisa dicek langsung dalam kitab kanzun najah wassurur.

Sebagai orang yang sedang diombang ambing dengan banyak pertanyaan yang belum juga terjawabkan, kondisi yang membuatnya tidak tenang, perasaan lelah dan ingin menyerah selalu hinggap dan mengganggunya. Ia sehari-hari jasmaninya tampak sehat, tapi jiwanya berada diambang batas kekacauan. Hatinya hancur, matanya selalu berkaca-kaca dalam sujud dan doanya, rasa kecewanya membuncah, sakit hatinya menyayat hingga akhirnya ia divonis sakit asam lambung oleh dokter.

Dalam kondisi itu, selalu ada kata yang terulang-ulang, yakni “tak mau kehilangan, tapi lelah berjuang”. Sekilah pepatah itu sama persis dengan sepenggal lirik lagu. Tapi memang itulah adanya yang dirasakan oleh pemuda itu.

Baginya, memperjuangkan dan bertahan dengan prinsip itu harus sabar dan sabar, terlebih jika mendapat dukungan dari orang sekitar. Tapi besarnya perjuangan dan kuatnya ingin bertahan mungkin bisa pudar ketika yang diperjuangkan tak kunjung mengerti dan sadar.

Sebagai orang yang sudah begitu dalam melibatkan hatinya dalam hubungan, tentu ia ingin menjadi orang yang selalu dianggap penting dalam hidupnya, ingin dispesialkan dalam hidupnya, ingin dirindukan dan dicintai olehnya, ingin selalu ditunggu dan dinanti kehadirannya oleh kekasihnya dan ingin selalu dijaga perasaannya dengan cara mencintainya balik dengan sepenuhnya tanpa dusta. Bukan menjadi orang yang selalu diabaikan, dikucilkan, tidak dianggap dan dilantarkan begitu saja kehadiran dan perjuangannya. Apakah kamu tau bahwa yang demikian itu perih dan sangat perih.

Baginya dengan kondisi tersebut adalah sakit itu ada, ingin menyerah itu ada, lelah itu ada, kecewa itu sangat ada, dan ingin pergipun juga ada. Ia selalu berusaha memposisikan peran hati lebih tinggi dari pada akal dan egonya. Tidak lain karena ia ingin bersikap tenang, damai, pelan-pelan dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan dalam hidupnya, bahkan dalam kondisi hati yang sakitnya luar biasa.

Ia berupaya tidak mengambil keputusan atas kendali ego dan keinginan sendiri serta bahagianya semata, karena menjadi bijaksana sudah tentu harus sabar dan berupaya melihat banyak kemungkinan baik dari pada keadaan yang menyakitkan sekilas saat itu juga.

Ia bertahan tidak lain karena ketulusan dalam cinta dan sayangnya pada kekasihnya, dengan besar harapan dan kepercayaannya serta hati nuraninya ia berkata dan yakin bahwa yang diperjuangkan cepat atau lambat akan sadar dan menghargai serta menerimanya dengan pasti dan hati penuh cinta.

Dibalik itu semua, banyak hati yang sebenarnya ia jaga, banyak harapan yang ia rawat, dan banyak orang yang tidak ingin ia buat sakit dan kecewa. Menurutnya, hati akan terbuka dengan seiring berjalannya waktu tatkala orang itu memang ikhlas dan ridho serta mau membuka lebar untuk orang itu saja.

Kondisi itu sangat berat ia jalani berhari-hari, ia hampir gila dengan pernyataan dan permintaan kekasihnya yang diluar dugaan dan nalar fikirannya. Ia terjatuh sakit, hilang semangat dan lepas kendali fokus dalam hal apapun kecuali hanya memikirkan kekasihnya dan dirinya.

Keadaan itu cukup menyakitkan, mengecewakan dan hampir saja membuatnya melepaskan kekasihnya. Akan tetapi ternyata kedua orang terbaik kekasihnya justru memberikan dukungan untuk bertahan dan bersabar dengan kondisi tersebut. Banyak nasehat dan pesan yang disampaikan kepadanya.

Mungkin karena begitu dalamnya cintanya, kondisi tersebut telah berhasil menjatuhkan air matanya sebanyak 3x, menangis sebanyak itu bukanlah air mata yang dusta, setetes air matanya amat sangat banyak makna, sarat maknanya jelas menunjukkan betapa dalam dan tulusnya perasaannya kepada kekasihnya.

Oleh banyak orang mungkin dia akan dikatakan bodoh, bahkan dijustifikasi sebagai orang yang sudah buta dengan cintanya dan hilang kendali pengetahuannya. Ia memang sangat malu pada orang tuanya dengan kondisi itu, juga sangat malu pada orang tua kekasihnya karena tidak berhasil membuat kekasihnya mencintai dirinya sepenuhnya.

Ia ingat dawuhnya Imam Al-Ghazali bahwa orang yang mencintai selain komitmen untuk tidak menyakiti kekasihnya juga harus siap untuk disakiti oleh kekasihnya, entah itu dengan kata-katanya atau mungkin dengan sikapnya. (Imam Al-Ghazali)

Hati sakitnya berkata bahwa untuk diterima oleh banyak kalangan, komunitas, organisasi dan individu seseorang, kamu harus siap dikucilkan, diabaikan, disakiti dan tidak diterima sepenuhnya. Karena memang begitu jalannya seseorang untuk diterima dihari kemudian. Jagalah hati dan fikiran agar tidak dengki dengan pengetahuannya dan tetap tenang serta lemah lembut dengan hatinya.

Kita hanya butuh hati yang tegar dan nurani yang selalu ingin menolong dan tidak ingin menyakiti siapapun. Sebaik-baik kendaraan adalah sabar, tetap berjalan di jalan iman dan Islam dengan terus menyusuri rentetan ibadah kewajiban.

Kamu tidak akan pernah tau besar dan tulusnya cinta dan kasih sayang seseorang ketika kamu tidak berusaha melihatnya dengan hati. Acuh, abai dan sikap tidak mau tau selalu memprovokasi keindahan sikap hati.

Ditengah lelahnya ia berjuang, ingin rasanya melepas harapan demi harapan yang dibangun, ia berkata bahwa sejak saat ini apapun yang terjadi terjadilah, karena masa depan tidak bisa kita lihat hari ini. Dalam sisi dan aspek apapun itu, sedikitpun kita tidak tau, yang kita mampu hanya berusaha hari ini untuk lebih baik lagi dihari esok.

Doa menjadi senjata, bersimpuh penuh harap dan menumpahkan semua keluh kesahnya pada Allah menjadi waktu yang sangat amat berharga. Doa-doa tidak ada yang tidak diijabah, hanya butuh waktu dan kesungguhan kita dalam melambungkan tinggi doa itu setiap waktu.

Jika api saja luluh pada tubuh nabi Ibrahim, lantas bagaimana dengan hati. Jika lautan saja luluh pada Nabi Musa, lantas bagaimana dengan hati, Jika besi saja luluh dan takluk pada Nabi Dawud, lantas bagaimana dengan hati. Karena itulah tetaplah berdoa, Allah maha segalanya.

Ia berkata, Di sini aku selalu menunggu senyum terbaikmu, semoga sikap acuh dan abai itu hilang ditelan bumi dan digantikan dengan sikap kasih, sayang dan cinta yang tulus untuk hubungan kita.  Pada malam satu Rojab ini doa dan harapanku semoga kita menjadi dua manusia yang saling mencintai, menyayangi dan dijadikan pasangan yang halal serta bisa membangun keluarga yang harmonis, sakinah, mawaddah wa rohmah dan diberikan putra-putri yang sholih dan sholihah.


Nona, aku selalu padamu, semoga sampai ajal menjemputku.


 


0 Komentar