Cinta Itu Anugerah

Tunangan


Senin, 19 September 2022 usai melaksanakan sholat magrib, aku hanya duduk santai di depan laptop. Enggan membuka catatan tugas juga malas mengerjakannnya. Sekilas memua buku catatan mata kuliah selama perkuliahan dua pekan, membaca dan mengingat penjelasan dosen-dosen pengampu. Mereka semuanya sangat luas pengetahuannya dan telaten dalam menjelaskan materi. Menurut Prof Sutiah belajar itu memang harus lelah, Prof Djakfar dawuh tatkala kita niat untuk kuliah maka dihari kuliah yang telah ditentukan jadwalnya jangan menyediakan diri untuk melakukan aktifitas lainnya selain fokus kuliah. Menurut Prof Sani menjadi Profesor itu sangat mudah asalkan kita kompeten dan benar-benar istiqomah dalam belajar. Kendatipun demikian Prof Mujab dawuh bahwa untuk dapat banyak mengungkapkan luasnya pengetahuan tentu kita harus banyak terjun pada lautan pengetahuan itu dengan banyak membaca.

Dawuh para dosen yang mayoritas sudah menjadi guru besar atau profesor menjadi penyemangat bagi mahasiswa yang sedang menempuh perkuliahan, terlebih dosen yang sudah menjadi profesor dan senior. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar, membaca dan menulis. Tanpa terasa adzan Isyakpun berkumandang, laptop aku matikan dan kembali menaruh buku catatan ke tempatnya semula.

Seusai melaksanaan sholat isyak, aku kembali ke kantor untuk menelfon bapak dan emak (panggilan akrabku pada ibu), sudah dua minggu aku tidak mendengar suaranya, suara mereka menjadi penyemangat bagiku yang lebih mudah malas dan enggan mengerjakan tugas. Seperti biasa bapak yang ada di madura menyapa terlebih dahulu, membangun suasana indah dan penuh tawa, terlebih ketika bapak dan emak menanyakan tunanganku. Cong, gimana kabar tunanganmu, kamu gak whatsApp dia? gak nelfon dia? terus gimana kuliah kalian berdua, katany kuliahnya sama-sama hari kamis di kampus yang sama? Memangnya gak ketemu sama sekali ya? kalau bisa sambungin ke tunangannya cong, emak kangen. pinta emakku.

Mendengar banyak pertanyaan itu membuatku bingung yang mau menjawab, selain memang aku dan dia jarang whatsApp an juga tidak pernah telfonan. kita whatsApp an hanya antara asar dan setelah isyak, itupun kadang bisa dua hari sekali whatsApp annya. Apalagi menelfon, selama tunangan saja kita hanya dua kali telfon, pertama ketika dia di malang, mungkin karena dia lagi kangen ke aku ya, hehe. dia alasannya minta diceritain kisah-kisah nabi gitu, wkwkwk. Tentunya akupun keberatan jika menuliskan sejarah nabi, kemudian dia memilih dengan menelfon, ya meskipun sebentar rasanya cukup menyenangkan. Dalam percakapan itu seperti orang mau interview gitu, semangat tapi takut dan bingung mau ngomong apa. Namanya saja pertama telfonan sama tunangan yang dilatar belakangi tidak kenal lebih jauh, lebih tepatnya hanya tau sekilas, bertamu dan khitbah lalu lamaran. 

Selama proses sebelum lamaran aku memang tidak pernah mendengar suaranya kecuali ketika dia membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan aku, gur abdurrahman dan gus ulul untuk masuk ke ruang tamunya. waktu itu aku sedang dibawa kerumah dia oleh dua kiyai tersebut untuk diperkenalkan ke kedua orang tuanya. kurang-lebih waktu 1,5 jam aku hanya diam saja. tidak lebih dari empat kali bersuara, itupun karena ditanya oleh abahnya dia. hehehe

Sebelum aku menyambungkan VC aku, bapak dan emak. Terlebih dahulu aku menanyakan ke dia melalui pesan whatsApp apakah dibolehkan untuk menyambungkan tenfon ini, dia bertanya apakah video call mas? aku jawab iya, kebetulan aku bapak dan emak video call. Dia meminta waktu satu menit buat pasang kerudung. Tidak butuh waktu lama kemudian aku sambungkan ke nomor dia, dan ternyata dia bareng dengan ibunya. Suasana cakap-cakapan bukannya tambah kaku tapi tambah rame dan penuh canda tawa antara kedua orang tuaku dan ibunya. Apalagi ketika melihat ekspresi emakku yang malu, wkwkwk. Maklum, emak memang gitu orangnya. Padahal yang minta disambungin ke tunanganku ya emak sendiri, entah kenapa ketika sudah ditelfon malah malu yang mau bicara, kataku, ini calon menantunya loh mak. hehehe.

Kali ini aku lebih memilih diam, memperhatikan mereka berbincang-bingcang, sesekali tertawa dan senyum-senyum bersama. Melihat mereka tersenyum dan tertawa rasanya bahagia banget. Apalagi senyumnya dia, huh. khas banget, renyah kayak krupuk wkwkwk. iya, dalam perbincangan itu aku emang lebih banyak diam, yang banyak berbicara justru bapakku dan ibu mertua, saling tanya-tanya, sesekali bapak meledekin emak yang hanya diam dan malu. Tidak lupa ibunya dia mempersilahkan bapak dan emak untuk mampir kerumahnya ketika mengirim atau menjenguk adekku hilmi di pondok. Karena memang rumahnya dia dan tempat aku dan adekku nyantri sangat dekat dan dakalau dari rumah kebetlan satu arah.

Setelah perbincangan kurang lebih berjalan 20 menitan, kemudian abahnya dia tiba dari undangan, dan abahnya dialah yang kemudian berbincang-bincang dengan kami. seperti biasa perbincangan kedua orang tua selalu serius dan penuh jaga sikap. Meskipun tetap saja ada tawa yang pecah ditengah-tengah perbincangan. Aku yang ditanya sedang di mana, tentu bingung cara jawabnya, grogi gitu, ya namanya yang nanya calon mertua, hihihi. Kacong zaironi posisi sedang di mana, di pondoknnya apa di madura juga? Aku menjawab, bedeh e pondok ba (ada di pondok ba) ba di sini panggilan lain dari aba. Jadi ingat waktu mau pulang ketika lamaran, beliau berpesan, yang semangat belajarnya ya nak, hati-hati di jalan kalau berpseda motoran, apalagi kuliahnya kamu ke malang. Beliau berpesan sambil merangkulku, udah kayak ke anaknya sendiri gitu. hehehe.

Aku sebenarnya masih bingung banget, kadang bertanya-tanya. Orang sekelas beliau itu kira-kira indikator pertama dan kedua yang diutamakan dalam mencarikan pasangan buat anaknya satu-satunya itu apa ? karena aku sendiri sadar gitu, bahwa aku ini biasa saja, tidak pintar, akhlakku juga biasa banget, bahkan masih sering kurangajar, sebagai santri aku juga tidak pandai membaca dan memahami kitab, ngaji qur'anku juga biasa saja tidak seperti imam sudais dan muzammil. wajahku juga gini adanya hehe. Intinya aku jauh sekali dari kata istimewa dan menantu idaman. sangat amat jauh sekali. Apapun yang menjadi penilaian beliau kepadaku, yang jelas sebagai orang muslm kita harus terus belajar dan berbenah diri. cerdas dalm berfikir dan cerdas dalam berinteraksi sosial.

Setelah perbincangan lama antara bapakku dan beliau, akhirnya beliau menyampaikan bahwa insyaAllah bulan maulid ini mau bertamu ke rumah bersama umi. Aku yang kurang mengerti maksudnya, tentu ada hal yang mau dibahas bersama secara kekeluargaan. Bisa jadi membahas hari H aqdun nikah aku dan dia. wkwkwk. Setelah beliau menyampaikan keinginannya untuk bertamu itu, kemudian abah memberikan HP nya ke putrinya. 

Perbincangan kali ini antara aku, emak, bapak dan tunanganku. Aku tetap seperti sebelumnya, hanya banyak dia dan mengamati senyumnya tunanganku saja. lebih-lebih melihat orang tuaku yang bercanda dengan calon menantunya. wkwkw. Huh, bahagia banget melihat orang tua akrab sama calon menantunya dan, kayak ke anaknya sendiri gitu. Alhamdulillahnya lagi tunanganku juga gitu, bisa akrab sama bapak emakku. 

Alhamdulillah, malam itu bisa berbincang-bincang bersama dengan kedua keluarga, keluargaku (bapak dan emak) dan keluarganya ade, tunanganku (Abah dan umi). saling bersapa akrab, tertawa lepas dan senyum-senyum tanda suasananya asyik dan menyenangkan. Sebelum perbincangan diakhiri, tunanganku terlebih dahulu pamit undur diri, tidak lupa salamnya ditutup dengan senyum khasnya, renyah. sampai jumpa di kampus ya, mugi-mugi ketemu lagi. wkwkwk

Sampai jumpa ditulisan berikutnya, maaf tulisannya agak berantakan. Karena tiba-tiba dosen datang. hehehe


0 Komentar