Sejarah Baru 10 Agustus 2022


Penakut itu akhirnya mulai berani melangkahkan kakinya, setelah usai mengajar di madrasah pemuda itu kemudian menghadap sang semesta. Ia menghadapnya dengan penuh penghambaan, sadar betul bahwa dirinya pendosa. tidak lupa ia panjatkan sekian harapan dan pinta, seladang syukur pada sang Maha kuasa. Ia tidak lupa menyampaikan rasa syukurnya untuk rabu itu, 10 Agustus yang memberikan sejrah baru baginya. Selangkah lebih baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan semesta alam, bahagianya tidak terbendung laksana ombak yang menari-nari dengan rayuannya pada orang-orang yang bersenda gurau di tepi pantai.

10 Agustus 2022 menjadi sejarah baru bagi pemuda itu, mula-mula ia malu untuk menghadiri acara yang sangat sakral baginya, mondar-mandir dalam ruangan sambil berfikir nanti ia akan ditanya apa, mau ngobrol apa dan mau bersikap bagaimana. Bahkan ia bingung bagaimana cara duduk yang baik saat bertamu, apa lagi ini di rumah calon mertua. hehe.

Mungkin memang begitu, tidak semua laki-laki ketika bahagia dengan kehidupan barunya kemudian ia santai-santai saja bertemu dengan wanita pinanganya dan kedua orang tua dari wanita itu. Sebagai santri yang hanya berani menjawab iya (dalam bahasa madura disebut dengan enggi) tatkala gurunya memerintahkan suatu padanya, santri yang sehari-hari hanya diberi hidangan pelajaran dan pelajaran, kitab, al-Qur'an sholat berjamaah, berdzikir dan musyawarah kitab. Rasanya mustahil baginya berani meminang gadis cantik, muta'allimah, mutadayyinah, sholihah dan sejuk tatkala mata melihatnya. 

Gadis itu sebelumnya tidak pernah dikenal oleh pemuda tersebut, dan juga tidak pernah ia lihat terkecuali hanya satu kali ketika pemuda itu bertamu untuk menyampaikan niat baiknya, itupun hanya dari samping dan sekilas saja, tidak ia lihat terkecuali hanya lambaian kerudung yang ia pakai. Gadis itu membukakan pintu dan kemudian masuk kembali ke rumahnya setelah mempersilahkan tamunya masuk dan duduk. 

Mana mungkin pemuda itu berani melihatnya lama, sedangkan yang membawa pemuda itu bertamu ialah kedua kiyai yang sangat alim ilmu agama dan juga ilmu lainnya. Kiyai Abdurrahman selain menjadi kiyai iapun juga menjadi dosen di salah satu kampus swasta di kabupaten Malang dan Kiyai Ulul Bashoir juga demikian, beliau selain pengasuh pesantren juga menjadi guru di salah satu SMK dan juga mahasiswa aktif program pascasarjana di kampus NU yang berjargon kuliah sakngajine. ada yang tau nama kampusnya? silahkan komentar di bawah.

Tepat jam 15.15 menit, sore itu pemuda bersama rombongan keluarga akhirnya sampai di rumah gadis yang ia pinang dan nantinya akan ia jadikan istri tercintanya. Pemuda dan keluarganya menerima sambutan hangat dari keluarga gadis tersebut, sesekali paman pemuda itu mengeluarkan candaannya untuk membuat suasana lebih santai dan penuh tawa, namanya Ustadz Ahmad Zaini, orang yang alim dan humoris. Sehingga menjadi maklum beliau sering diundang untu mengisi acara pengajian.

Tidak lama setelah pamannya memberikan sambutan ucapan terimakasih dan menyampaikan maksud kedatangannya, yang tak lain ialah untuk melamar gadis cantik dan baik budi pekertinya. Kemudian abah dari gadis itupun juga menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan syukurnya atas maksud kedatangan keluarga dari pemuda itu. Lamaranpun diterima dan ritual pemsangan cincinpun tiba. Tidaklama kemudian ibu dari pemuda itu memasangkan cincin untuk calon menantunya yang muta'allimah nan jamiilah, cincin yang ia beli sendiri dan ia pilih sendiri untuk calon menantunya. Siapa sangka ternyata cincin itu sedikit kebesaran untuk jari-jari manisnya calon menantu. Tak berselang lama bibik dari pemuda itupun juga memasangkan gelang untuk gadis anggun calon istri ponakannya, gadis yang baik, santri, agamis dan penurut kepada abah dan uminya.

Pemuda itu berkata:

Ternyata tidak semudah itu, untuk melihatmu aku butuh waktu yang baik dan mental yang cukup. Padahal sudah aku kumpulkan keberanianku sebanyak 24 jam x 15 hari. Tapi tetap saja, takut. Saat itu mataku sembab, leherku berat, punjuga dengan kakiku. Sembab karena haru dengan hari tersebut, melihat secara langsung ibunya memasangkan cincin untuk calon menantunya dan bahagia melihat senyum bapaknya yang juga bahagia. Leherku berat karena tidak berani menoleh ke kanan untuk melihatmu secara saksama dan sesingkat singkatnya. Tidak banyak yang aku ucapkan, juga tidak banyak kakiku bergerak dan melangkah. Ketakutanku akhirnya mulai mereda tatkala aku dipanggil ke ruang belakang dan bertemu dengan nenekmu, ia banyak bertanya seputar kegiatanku, suasana mulai membawaku tidak panas dingin lagi, santai dan mulai tidak begitu berat mengucapkan sapatah dua patah kata.

Ketakutanku juga mulai mereda tatkala abah merangkulku dari belakang, pesannya hati-hati diperjalanan dan terus semangat belajarnya. Akhirnya, semua keluargaku pamit untuk pulang dan satu persatu keluar dari ruangan tamu yang menjadi saksi atas pertunangan kita. Sebelum aku naik ke mobil, saat itulah aku mencuri sedetik waktu untuk melihat keindahan matahari tenggelam di tepi senyumanmu. Aku tidak berani berlama-lama dalam melihatmu, sebab Abah ada di sebelahmu dan juga aku sadar bahwa aku belum halal bagimu juga kamu belum halal bagiku. Sedetik itulah yang aku bawa pulang untuk terus aku ingat, sampai saat ini. Terimakasih, jangan haramkan sedetik itu untukku. Karena itu pertama yang berharga bagiku. Dulu aku pernah mendengar penjelasan bahwa tatapan pertama yang sekilas itu tidak termasuk dosa, kurang lebih demikian ibarotnya "laka al-'ula wa 'alaika ast-tsani". Begitujuga dalam islam dibolehkan lelaki yang hendak meminang perempuan untuk melihatnya terlebih dahulu, tentunya dengan cara yang baik dan benar. 

Bukannya aku tidak mampu untuk melihatu, tapi keberanianku untuk melihatmu lebih dahulu dilenyampkan oleh rasa bahagiaku. Kamu yang cantik, pintar, dan muta'allimah akhirnya bisa aku pinang untuk aku jadikan istri. aku yang biasa saja dalam hal fisik, ekonomi dan keilmuan sangat bersyukur atas semua ini.

Aku tidak tau persis bagaimana perasaanmu saat itu, yang aku tau hanya sekilas senyum dan raut wajah bahagia tatkala aku melihatmu dari foto yang dikirim oleh kakak dua pupuku. Bahkan sampai saat ini aku tidak tau seperti apa suaramu, suaramu masih menjadi misteri yang aku tunggu sampai saat ini. 

Sampai saat ini di antara kata-kata yang aku ingat ialah " Mas, bagaimanapun keadaannya, jangan pernah menghilang tiba-tiba ya, apapun itu kita bisa bicarakan bersama dengan baik". Semoga kita bisa terus bersama dalam ridhonya, bersama-sama membahagiakan keluarga, dan bersama-sama menggapai surganya. Bersamamu, "Faizatul Musyarrofah".

10 Agustus 2022. Terimakasih untuk ta'arruf yang singkat, membawaku pada tahap yang lebih baik dan bahagia. Tuhan, aku sadar aku pendosa dan tidak banyak meluangkan waktuku untuk mendekatkan diri pada-Mu dengan ibadah-ibadah selain yang wajib. Tapi aku yakin seyakin-yakinnya bahwa dari sekian proses hingga sampai pada tahap ini (pertunangan) tidak akan terjadi terkecuali engkau ridhoi dan engkau restui. Karena itulah aku mohon jadikan kami berdua berjodoh dunia akhirat, pasangan yang selalu dalam taat, selalu menebar banyak manfaat, dan pasangan yang selalu senang dengan membaca kalam muliamu, Yakni al-Qur'an. Beri kami berdua kekuatan untuk saling menjaga kepercayaan, kejujuran dan cinta, kasih sayang yang belum halal untuk kami. Satukan kami dalam ikatan halal menurut engkau, yakni melalui aqdun nikah yang benar menurut agama dan negara.

Semua kisah berawal dari kasih, sebagaimana 10 Agustus 2022 ini. Terimakasih..

0 Komentar