Tantangan dunia pendidikan dan implikasinya pada pengembangan inovasi pendidikan dan pembelajaran

TANTANGAN PENDIDIKAN

TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGEMBANGAN
 INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN PAI


 BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang ilmuwan yang cukup terkenal yang dikutip oleh Nurani Siomukti dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Perspektif Globalisasi yang bernama Alvin Tovler menggunakan istilah ‘kejutan masa depan’ (future shock) untuk menggambarkan situasi sekarang yang membuat kita terlempar pada suatu kondisi dimana kita mengalami tekanan yang mengguncangkan dan hilangnya orientasi individu yang disebabkan kita dihadapkan dengan terlalu banyak perubahan dalam waktu yang terlalu singkat.

Disamping itu dalam bukunya Rekonstruksi Pendidikan Islam, Muhaimin menyatakan bahwa tantangan dunia pendidikan di Indonesia hingga saat ini dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang berat seperti perkembangan globalisasi dibidang budaya, etika, moral sebagai akibat dari kemajuan tehnologi dibidang transportasi dan informasi. Lebih lanjut Muhaimin menyatakan bahwa para siswa / peserta didik saat ini telah mengenal berbagai sumber pesan pembelajaran, baik yang bersifat pedagogis, terkontrol maupun non pedagogis yang sulit terkontrol.

Sumber-sumber pesan pembelajar yang sulit terkontrol akan dapat mempengaruhi perubahan budaya,etika, dan moral para siswa atau masyarakat. Masyarakat yang semula merasa asing dan bahkan tabu terhadap model-model pakaian ( fashion ) yang terbuka dan hiburan- hiburan (fun) bahkan film-film yangtidak pantas untuk ditonton oleh anak usia sekolah.

Selain itu perkembangan dunia yang tadinya untuk membangun basis ekonomi masyarakat yang kuat sangat mengandalkan pada money capital ( modal uang ), selanjutnya berefolusi pada human capital (SDM) namun pada pada perkembangannya kedua capital tersebut (money capital dan human capital) kini masih dianggap kurang memadai justru masyarakat mau membangun basis ekonomi yang kuat sangat membutuhkan sosial-capital yang kokoh. Inti dari sosial caital adalah sikap amanah atau masyarakat yang dipercaya. Namun dalam prakteknya Indonesai dalam survey the Political and

Economic Risk Consultancy (PERC) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara terkorup pertama di Asia. Dari ungkapan itu bagaimana kita bisa membangun kepercayaan Internasional guna membangun kerjasama danmembangun capital social untuk lebih mengembangkan perekonomian Indonesia.

Dari melihat fenomena seperti itu merupakan tantangan yang perlu segera dijawab oleh lembaga pendidikan Islam, dalam arti apa kontribusinya dalam membangun masyarakat yang memiliki sikap amamah atau sosial-capital yang tinggi tersebut dimasa depan.[4]Bagaimana arah perkembangan inovasi pembelajaran agar membentuk pribadi-pribadi yang cerdas dan berahlak mulia yang dapat berdiri sendiri dan bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan tentunya berkualitas.


B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini tidak lepas dari kajian yang penulis tulis, yaitu;

1. Bagaimana tantangan dunia pendidikan saat ini ?

2. Bagaimana responisasi pendidikan dalam menghadapi tantangan dunia ?

3. Bagaimana inovasi pendidikan dan pembelajaran PAI terhadap tantangan dunia pendidikan ?


C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah menjelaskan dan memaparkan tantangan dunia pendidikan dan implikasinya terhadap pengembangan inovasi pendidikan dan pembelajaran PAI sebagaimana runtutan dalam rumusan masalah.


BAB II 
PEMBAHASAN

A. Tantangan Dunia Pendidikan

Perkembangan dunia di era globalisasi saat ini menjadi tantangan atau peluang dunia pendidikan untuk mampu menyesuaikan diri dan menjawab problematika yang semakin kompleks. Tekanan ekonomi dalam kehidupan, tuntutan masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan demokratis, serta kuatnya nilai buudaya yang tergerus arus hedonistic, prakmatis, materialistic dan sekularistik menjadi tanda kecenderungan keberadaan pendidikan di era globlalisasi saat ini. Dewasa ini, kemunculan virus Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia juga memberikan dampak kepada berbagai sector kehidupan, termasuk sektor pendidikan.

Dampak perkembangan globalisasi kepada para pelajar yang menjadi sebuah tantangan dunia pendidikan adalah seperti mudahnya para pelajar menerima informasi yang datang dari berbagai belahan dunia tanpa adanya pengawasan dari orang tua, apalagi pengawasan dari guru di sekolah. Pendidikan di masa pandemi seperti sekarang ini menjadi sebuah tuntutan kepada para pelajar untuk bisa belajar mandiri. Selain itu, rendahnya tingkat social-capital bangsa Indonesia hampir mencapai titik “zero trust society” yaitu masyarakat yang sulit dipercaya. Disamping itu hasil survei internasional menunjukan bahwa mutu pendidikan di Indonesai masih rendah jika dibanding dengan negara tetangga.

Fenomena yang terjadi akibat dampak negatif globalisasi ini menjadi racun dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pendidian Islam pada khususnya. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam harus memberikan kontribusi terhadap tantangan pendidika tersebut dengan membangan masyarakat yang memiliki sikap social capital (amanah) yang tinggi di masa mendatang. Para pelajar yang menjadi generasi penerus bangsa juga masih belum sepenuhnya memenuhi harapan pendidikan Indonesia, yang juga sebagaimana menjadi harapan bersama yakni agar generasi kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang cerdas dan berahlak mulia, yang dapat berdiri sendiri dan bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan penuh sikap amamah.

Tantangan dunia pendidikan di era globalisasi ini dapat dirumuskan dalam beberapa tantangan, diantaranya; Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, produktifitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi; Tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern; Tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat, meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas sebagai hasil pemikiran; dan tantangan terhadap munculnya inovasi dan kolonialisme di bidang IPTEK.

Meningkatnya globalisasi yang ada tentu berpengaruh terhadap peningkatan teknologi dan informasi, sehingga dunia di era digital juga memberikan tantangan baru terhadap dunia pendidikan, diantaranya; Tantangan dunia pendidikan di era digital mencakup keseimbangan, keselamatan dan keamanan, hak cipta plagiarisme; Setiap individu harus memenuhi kemampuan literasi digital dasar dan kompetensi untuk memecahkan masalah komplek dengan kemampuan berfikir kritis, kreatifitas, komunikatif dan kolaboratif; dan di era digital, seseorang dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi, sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi moral dan etika peserta didik

Sebagaimana tantangan pendidikan di masa pandemi ini, meskipun masih bisa terbantu melalui teknologi, namun tetap tidak dapat menggantikan peran guru (pengajar) dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar, karena pendidikan tidak hanya sekedar transformasi ilmu pengetahuan tetapi juga berkaitan dengan nilai, kerja sama dan kompetensi. Dalam hal seperti ini pendidikan memiliki tugas besar dalam segi etika dan moral.3 Karena mudahnya akses informasi dari berbagai sumber, maka para pelajar juga harus bisa memilah sumber pesan pembelajaran, terdapat sumber pembelajaran yang bersifat pedagogis dan mudah di kontrol dan banyak pula yang sulit di control.4 Adapun sumber pembelajaran yang mudah dikontrol seperti buku pelajaran dan buku bacaan umum, sedangkan yang sulit dikontrol adalah film, televisi komputer dengan internetnya dan handphone dengan berbagai kecanggihannya. Dampak dari akses yang sulit terkontrol tadi mengakibatkan bermunculnya sikap sadisme, kekerasan dan masih banyak lagi yang terjadi.5

Seperti yang terjadi di Indonesia saat ini, penyebaran virus Covid-19 menjadikan masyarakat untuk menjaga jarak sehingga juga berimbas pada pelaksanaan pendidikan di sekolah, sehingga pemerintah juga meniadakan pembelajaran tatap muka secara langsung. Selain itu, tantangan pendidikan di masa pandemi saat ini adalah tidak semua orang bisa menggunakan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, masih terdapat guru atau orang tua yang gagap teknologi, kesulitan akses internet dan terbatasnya media belajar; dan dengan pembelajaran menggunakan media teknologi, maka guru kurang mampu menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik untuk menciptakan karakter yang diharapkan.

Beragam tantangan di atas dapat dinyatakan sebagai tantangan kontemporer yang perlu pemecahan multidimensi. Beragam elemen pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam memecahkan problematika yang ada, terutama Pendidikan Agama Islam. Model-model Pendidikan harus relefan dengan perkembangan zaman serta sistem pendidikan yang ada juga harus lebih terarah. Berdasarkan dari fenomena yang ada, pokok dari tantangan pendidikan saat ini adalah terletak pada sistem pendidikan mulai tingkat nasional hingga tingkat sekolah yang diselenggarakan. Sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan tersebut.


B. Responisasi Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan Dunia

Selama ini, pendidikan di Indonesia dianggap kurang mampu mencapai keberhasilan sebagai mana yang diharapkan, khususnya Pendidikan Agama Islam yang memiliki andil besar dalam membangun sikap dan perilaku keberagamaan generasi mudah serta sikap moral dan etika bangsa. Beberapa kelemahan-kelemahan dari pendidikan Agama di sekolah yang dapat dilihat secara kasat mata antara lain kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik.

Selain itu Pendidikan Agama Islam kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama serta kurang mempunyai relefansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Problematika yang terjadi di dunia Pendidikan sebenarnya bersifat klasik, namun hingga saat ini belum mampu terselesaikan dengan baik, sehingga menjadi problematika yang berkesinambungan dari satu period eke periode berikutnya. Sebuah tantangan dan problematika dalam dunia Pendidikan mungkin

tidak akan pernah usai untuk dibahas dan diperbincangkan, hal tersebut didasarkan beberapa alas an yang mendasar, yakni diantaranya pertama, setiap manusia menginginkan pendidikan yang terbaik, sekalipun terkdang setiap orang mengartikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Kedua, Teori Pendidikan yang bersifat dinamis, dimana teori ini terus berkembang dan dibuat sesui dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Karena perubahan yang ada inilah masyarakat tidak akan pernah puas dengan teori Pendidikan yang ada. Ketiga, perubahan sudut pandang seseorang juga mempengaruhi ketidak puasan seseorang terhadap sistem Pendidikan yang ada, sehingga pada suatu saat seseorang akan merasa puas karena sesuai dengan pandangan hidupnya, dan pada saat yang lain seseorang bisa terpengaruh oleh pandangan hidup lainnya yang pada gilirannya berubah pula pendapatnya tentang pendidikan yang semula dianggap memuaskannya tersebut.

Pendidikan di Indonesia, khususnya Pendidikan agama Islam dijadikan sebagai Core pengembangan pendidikan di Sekolah yang diharapkan pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Diantara karakteristik yang diharapkan pada Pendidikan agama Islam seperti berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun, berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits secara otentitas keduanya sebagai sumber utama ajaran Islam dan dapat menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian.

Pendidikan agama Islam juga berusaha membentuk dan mengembangkan sikap keagamaan individu maupun social yang akan menjadi landasan etikda dan moral dalam mengembangkan IPTEK dan budaya serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Secara subtansi, Pendidikan agama Islam mengandung entitasentitas yang bersifat rasional dan supra rasional yang berusaha menggali, mengambangkan sejarah dan kebudayaan Islam dan pada akhirnya pendidikan Agama Islam akan mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwa Islamiyah.

Perbaikan-perbaikan yang terus dikembangkan oleh pendidikan ini tidaklah bisa berjalan tanpa adalanya kerjasama yang baik antar elemen Pendidikan, karena pendidikan agama bukan hanya menjadi tugas guru agama saja, tetapi merupakan tugas bersama antara kepala sekolah, guru Agama, guru umum, seluruh aparat sekolah dan orang tua.


C. Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran PAI

Setelah menelaah berbagai macam tantangan dan problematika dunia pendidikan, maka perlu adanya solusi dalam memperbaiki dan meningkatkankualitas pendidikan. Salah satu cara untuk mengembangkan Pendidikan di Indonesia adalah dengan menghadirkan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan beberapa sistem pendidikan yang lebih menyenangkan dan berkualitas. Menilik dari negara tetangga, keberhasilan pendidikan yang ada dikarenakan beberapa hal, diantaranya karena tingginya perhatian pada profesionalisme guru serta fariabel-fariabel yang lain seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan lain-lain. Namun pengembangan Pendidikan tersebut tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah pusat atau daerah, tetapi diperlukan kerjasama antar elemen Pendidikan. Untuk melakukan perubahan tersebut maka kita harus bertitik pada visi yang jelas sebab inovasi bukanlah tujuan akhir namun adalah sebuah sistem yang harus dijalankan untuk mencapai apa yang diharapkan.

Segala tantangan dan problematika pendidikan dapat diminimalisir dengan menciptakan inovasi pendidikan, baik secara top down innovation atau bottom up. Sistem Pendidikan dan proses pembelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh, komperensif dan terpadu, sehingga proses pembelajaran itu tergantung dari berbagai elemen yang saling berkaitan, jika salah satu elemen terganggu atau rusak maka akan mengganggu keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian guru harus mampu memberdayakan seluruh elemen yang ada dalam pembelajaran. Selain itu, sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan pelajar, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kritik atau informasi dari luar, serta tidak selalu merasa benar dan orang lain salah. Jika tidak demikian, maka sistem pendidikan tidak akan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian, implimentasi inovasi pendidikan juga harus mampu dilaksanakan oleh seluruh elemen Pendidikan, terlebih seorang guru yang menjadi pemeran utama dalam sebuah sistem pendidikan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan inovatif dan efektif.

Pemerintah telah melakukan beragam upaya untuk meningkatkan kualitas guru sebagai sosok penting dalam dunia Pendidikan, seperti pemberantasan buta huruf, pendidikan masyarakat, pendidikan luar sekolah, Pendidikan pramuka untuk transmigrasi, pusat kegiatan belajar, kuliah kerja nyata, pembangunan sistem informasi pendidikan, orang tua asuh bagi anak yang kurang mampu dan sebagainya. Diantara arah kebijakan pemerintah pada bidang Pendidikan menuju perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu adalah pengembangan kemampuan akademik dan professional tenaga kependidikan, pembaharuan kurikulum, pembaharuan dan penetapan sistem Pendidikan, peningkatan kualitas Lembaga Pendidikan, pengembangan SDM sedini mungkin, penguasaan-pengembangan dan pemanfaatan teknologi, organi sekolah yang demokratis, transparan efisien dan accountable.

Dari berbagai tantangan yang terjadi saat ini, baik problematika, globalisasi hingga masa pandemi saat ini maka yang menjadi sorotan sasaran inovasi atas beragam hal, diantaranya pendidikan dituntut untuk Mampu mewujudkan sekolah menjadi subjek daya saing yang berkualitas. Hal ini terwujud dengan hadirnya pengembangan inovasi perkembangan inofasi dan komunikasi (TIK); Memanfaatkan media yang sedang berkembang pesat sebagai sumber bahan ajar pembelajaran., pesan-pesan yang disampaikan dalam pembelajaran dapat menggunakkan media baik visual, audio maupu audio visual; Mampu menyelaraskan kecanggihan teknologi dengan nilai-nilai budi pekerti, memperkuat karakter budaya bangsa, meningkatkan kreativitas individu untuk menggunakan kecakapan digital; Memberikan penjelasan secara detail tentang penggunaan teknologi yang benar agar tidak menyalahgunakannya serta bekerja sama dengan orang tua dalam memonitoring anak saat menggunakan teknologi digital.

Sedangkan inovasi yang telah diberikan pemerintah di masa pandemi yang masyarakat tidak bisa secara langsung tatap muka adalah melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau remote learning, seperti pembelajaran daring yang merupakan pembelajaran yang dilakukan tatap muka dengan melalui platform yang tersedia, sehingga orang tua juga turut dalam memonitoring pembelajaran anak; dan memberikan kebijakan penggunaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), penggunaan program belajar di rumah seperti yang disampaikan di TVRI bagi guru-murid.

Sistem pendidikan tidaklah cukup hanya difahami dan didiskusikan, tetapi harus diaplikasikan kedalam proses pembelajaran agar pembelajaran tersebut menghasilkan hasil yang optimal yaitu mampu memperdayakan seluruh potensi yang ada dalam diri  pelajar, yang terdiri dari potensi kognitif, afektif dan psikomotorik.13 Dari beragam tantangan dan problematika pendidikan serta inovasi yang menjadi salah satu solusi pemecahannya, terdapat pokok terpenting dalam inovasi pendidikan, diantaranya;

1. Penguatan Profesionalisme Guru

Substansi dari kata profesionalisme ini bermuara pada pemahaman akan adanya suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan keahlian. Oleh karena itu, profesionalisme merupakan suatu pekerjaan yang harus dipelajari melaluui proses secara serius. Profesionalisme juga menjadi perhatian khusus oleh banyak orang karena hal tersebut akan berimbas pada keberhasilan sebuah pekerjaan yang dilakukan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabdah yang artinya “Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tungguhlah kehancurannya”. Hal tersebut memberikan arti bahawa Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian yang besar terhadap profesionalisme. Melalui redaksi ini diharapkan umat Islam memperhatikan aspek profesionalisme dalam bekerja dan beraktifitas, khususnya dalam pekerjaan yang melibatkan orang lain secara langsung, seperti guru atau pendidik.

Menurut Buchari, bahwa kegiatan mengajar (teaching) merupakan kegiatan dari suatu pekerjaan professional, sehingga dalam melakukannya dibutuhkan landasan keilmuan dan latihan-latihan. Edi Mulyasa mengatakan bahwa pendidikan harus mampu menyiapkan guru professional, karena kemampuan professional guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara menyeluruh di masa datang.

Menurut Mukhtar Luthfi, sebagaimaa yang dikutip Nurdin, terdapat delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjakan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu; 

a) Panggilan hidup yang sepenuh waktu, 

b) Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian, 

c) kebakuan yang universal, 

d) Pengabdian, 

e) Kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif, 

f) Otonomi,

g) Kode etik, dan 

h) Klien. 

Kriteria tersebut berlaku untuk berbagai profesi pekerjaan, termsuk guru pendidikan agama Islam (PAI). Namun guru PAI ini memiliki sedikit perbedaan karakteristik dengan guru lainnya, sebagaimana yang disampaikan Muhaimin; “Pendidikan agama memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki karakteristik sebagai berikut; 

a) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap kokoh dalam situasi dan kondisi apapun; 

b) PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilaiyang tertuang dan terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits serta otentitas keduanya sebagai sumber utama ajaran Islam; 

c) PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian; 

d) PAI berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan sosial. 

e) PAI menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan IMPEK dan budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya; 

f) Suptansi PAI mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra-rasional; 

g) PAI berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban) Islam, dan 

h) dalam beberapa hal, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah.

Usaha peningkatan kualitas profesionalisme guru didasari satu kebenaran yang fundamental, memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tidak lain adalah bersumber dari diri guru itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran diri untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan agar menjadi pendidik yang professional.

Untuk menyiapkan tenaga pendidik yang professional, Abuddin Nata memberikan pernyataan, bahwa;

a) Seorang tenaga professional itu adalah seseorang yang terpecaya, dapat menjaga amanah dan mampu merawat sesuatu dengan baik dan kesungguhan.

b) Seorang tenaga pendidik professional adalah orang yang memiliki keahlian di bidang pendidikan dan pengajaran.

c) Seorang pendidik professional adalah seorang yang bertindak adil, yaitu memberikan hak kepada yang memilikinya dengan cara paling efektif dan efisien.


2. Pembentukan Pembelajaran yang Inovatif dan Efektif

Tantangan dan problematika dunia pendidikan menjadikan para pakar pendidik berusaha mencari solusi yang tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga setiap individu dituntut untuk bisa berinovasi dalam mengambangkan ide kreatif dan menghasilkan karya baru. Dalam kamus bahasa Indonesia kata “inovasi” adalah pengenalan hal-hal yang baru atau pembaharuan.20 Sedangkan menurut UU No.18 tahun 2002 inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan peraktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.

Pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang mampu memberikan nilai tambah atau informasi baru kepada pelajar dengan melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan tatanan sistem pembelajaran yang ada secara menyenangkan dan bisa dengan mudah pesan tersampaikan kepada para pelajar.

Menurut S. Nasution, pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh materi pembelajaran dan kemampuan guru dalam menguasai materi. Namun juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan.21 Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan proses pembelajaran yang didasarkan atas potensi dan kondisi pelajar, mulai dari persiapan pembelajaran, proses saat pembelajaran berlangsung hingga evaluasi pembelajaran. Lebih lanjut efektivitas dan efisiensi mengajar ditentukan oleh kemampuan guru dalam melakukan inovasi atau improvisasi dalam proses pembelajaran, dalam hal ini inovasi yang diperlukan baik dalam strategi pembelajaran, model dan pendekatan yang dilakukan, metode pembelajaran, serta media yang digunakan. Artinya seorang guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan membantu para pelajar agar bisa belajar dengan baik serta dapat menghadirkan suasana belajar yang menyenangkang.

Inovasi dapat dilakukan pada pemilihan metode dan teknik mengajar. Di tengah keragaman metode dan teknik itu, maka beberapa hal yang mendasar adalah sedapat mungkin materi pokok bahasan dapat dijelaskan dengan tuntas dan lengkap. Berbagai pertanyaan mendasar sedapat mungkin dapat dijawab. Penjelasan itu diharapkan tertanam di dalam diri siswa. Di dalam dirinya tumbuh penghayatan tentang nilai dan norma agama yang harus diikuti. Kisah dalam kitab suci, sebagai misal, itu mengandung pesan moral yang kuat.

Metode dan teknik mengajar diarahkan pada pemahaman yang dapat ditunjukkan oleh murid secara lisan atau tertulis. Metode tanya jawab bisa sangat efektif untuk menyampaikan dan mengevaluasi pemahaman itu. Metode dan teknik diarahkan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya. Pengembangan itu, sebagai misal, dapat dilakukan siswa dengan memperbanyak contoh yang sudah diberikan. Intinya adalah agar siswa mengembangkan kreativitas. Metode dan teknik diarahkan agar siswa mampu mendemonstrasikan skill yang dimiliki. 

Dalam konteks pendidikan agama, maka kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar itu sangat penting. Memeragakan tata cara salat lengkap dengan doanya itu penting. Praktik memberi tausiyah itu penting. Berlatih mengemas pesan moral dan spiritual dalam sebuah tulisan pendek itu sangat penting. Penggunaan lagu-lagu, role play, game, short story, dan sebagainya membuahkan hasil yang cukup efektif.

Perkembangan teknologi juga sangat memudahkan bagi guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar. Sebagai misal, dewasa ini pelajaran tajwid didukung dengan ketersediaan mushaf Al-Qur’an yang sudah diberi warna sesuai dengan hukum tajwid. Pengajian Al-Qur’an dapat dengan mudah diperdengarkan melalui rekaman yang tersimpan di CD. Terjemah dan tafsir Al-Qur’an dengan mudah dapat dibuka dengan menggunakan komputer. Kamus bahasa asing (misalnya Arab) bisa dibuka di hand phone dan cara mengucapkan kata asing yang benar dapat diperdengarkan.



BAB III 
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Adapun tantangan dunia pendidikan diantaranya;

Tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, produktifitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Tantangan untuk melakukan riset secara komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern

Setiap individu harus memenuhi kemampuan literasi digital dasar dan kompetensi untuk memecahkan masalah komplek dengan kemampuan berfikir kritis, kreatifitas, komunikatif dan kolaboratif.

Di era digital, seseorang dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi, sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi moral dan etika peserta didik

Penyebaran virus Covid-19 yang menyebabkan tidak diperkenankannya masyarakat untuk tatap muka secara langsung sehinggga hal tersebut juga berimbas pada proses belajar mengajar di sekolah.

Tidak semua orang bisa menggunakan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran, masih terdapat guru atau orang tua yang gagap teknologi, kesulitan akses internet dan terbatasnya media belajar. Dengan pembelajaran menggunakan media teknologi, maka guru kurang mampu menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik untuk menciptakan karakter yang diharapkan

2. Pendidikan agama Islam juga berusaha membentuk dan mengembangkan sikap keagamaan individu maupun social yang akan menjadi landasan etikda dan moral dalam mengembangkan IPTEK dan budaya serta berbagai aspek kehidupan lainnya. Secara subtansi, Pendidikan agama Islam mengandung entitas0entitas yang bersifat rasional dan supra rasional yang berusaha menggali, mengambangkan sejarah dan kebudayaan Islam dan pada akhirnya Pendidikan Agama Islam akan mengandung


pemahaman dan penafsiran yang beragam, sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwa Islamiyah.

3. Inovasi pendidikan saat masyarakat tidak bisa secara langsung tatap muka adalah melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau remote learning, seperti pembelajaran daring yang merupakan pembelajaran yang dilakukan tatap muka dengan melalui platform yang tersedia, sehingga orang tua juga turut dalam memonitoring pembelajaran anak; dan memberikan kebijakan penggunaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), penggunaan program belajar di rumah seperti yang disampaikan di TVRI bagi guru-murid



DAFTAR PUSTAKA


Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Djohar. “Tantangan Kontemporer Bangsa Indonesia: Respon Dunia Pendidikan” dalam Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik. Vol. 5, Nomor 1, Mei 2001 tentang Pemerintahan Daerah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan.Volume 4 Nomor 2, November 2007.

Muchith, Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Muhaimin. 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

2009. Rekonstruksi pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, Edy. 2013. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurdin, Syarifuddin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum,

Jakarta: Ciputat Press.

Nurdyansyah. N. dan Andiek Widodo. 2015. Inovasi Teknologi Pembelajaran.

Sidoarjo: Nizamia Learning Center.


0 Komentar