Untuk apa aku jatuh cinta lagi?

jatuh cinta lagi


Menjadi orang yang tegar, kuat dan tetap semangat itu pilihan, tergantung bagaimana cara kita bersikap dan menentukan cara kita untuk bertahap hidup dengan segala macam keadaan. Termasuk tentang bagaimana kita dalam memilih untuk terus terpuruk, terluka, dan berdarah-darah dengan luka lama, atau justru kembali merawat harap demi harap yang telah lama terurai dalam lembaran kumuh dan kusut, asa demi asa yang sejak dulu terpatri di atas kertas dengan saksi tinta-tinta pengikat. 

Namun demikian, tidak semua orang bisa dengan mudah untuk kembali bangkit, luka yang mengakibatkan darah menetes dan mengalir mungkin saja lebih mudah untuk disembuhkan, tapi tidak dengan luka yang tak berdarah. Memaafkan yang melukai mungkin saja bisa, tapi melupakan apa dan siapa yang pernah melukai, itu tidak gampang. Betapa banyak orang-orang yang tatkala sembuh dari lukanya, ketika ia bertemu dengan orang yang dahulu pernah melukainya sepatah katapun tidak keluar untuk menyapanya, bahkan tiga puluh derajat menolehpun tidak sanggup. Bukan tidak mampu untuk berucap dan menolehnya, tapi tidak sanggup membiarkan pintu maaf yang sudah terbingkai bagus dan rapi itu kemudian kembali menguraikan serentetan luka dan kemudian dipaksanya untuk mengingatnya. Karena luka yang demikian sampaikapanpun sakitnya tetap melekat dan mudah diingat.

Untuk menyembuhkannya, butuh waktu yang baik, butuh orang yang diangagapnya mampu menutupi sekian luka, sedemikian rasa sakit, dan semudah mungkin membantu menguatkan pintu maaf kepada siapapun yang pernah melukainya.

Sekarang, untuk apa aku jatuh cinta lagi? Kamu harus menjawabnya. Dan jika suatu saat nanti aku patah dan luka lagi, maka kamulah yang harus tanggung jawab atas apapun yang mungkin terjadi. Jika niat baik cukup kuat untuk bersama-sama, maka perlu ada waktu sebentar untuk duduk bersama, bersama membahas bagaimana visi misi ke depannya agar bisa menyatukan langkah dan tujuan kita berdua.

Perlu kamu tau, bahwa sejak saat itu  aku seringkali lari dari sekian luka, aku lari dengan sekuat tenaga dari semua duka, aku lari dengan sekencang-kencangnya dari semua lara. Jika kamu berani ambil hati yang pernah gagal, maka berarti kamu juga harus berani menepati janji untuk selamanya tinggal. 

Jadi begini, jauh sebelum aku mengenalmu aku pernah dengan berat menerima perpisahan, dengan susah payah melepaskan yang pernah tergenggam, dengan sulit membiarkannya pergi dari hati yang pernah ia singgahi, hingga akupun berdarah-darah dan menjahit luka dengan ketakutan. Mungkin memang aku hanyalah sebatas sampah, tidak sebagaimana mereka yang pandai mengukir sejarah yang indah, mereka yang bisa mendapatkan apapun dengan mudah, termasuk menemukan cinta, merawat cinta dan mengikatnya hingga akhir hayatnya. Tapi mereka tidak pernah tau bagaimana rasanya susah payah membuang rasa takut, menutupi luka dengan baik dan rapat dan bangkit lagi bersama dengan yang siap tinggal, selamanya. Tanpa ada kata pisah, dan menyesal telah memilih tinggal dengan diri yang serba biasa dan sederhana.


0 Komentar