Menjadi pelajar adalah suatu anugrah besar yang patut untuk senantiasa disyukuri, gelar pelajar harus terus dirawat dan dihiasi dengan keilmuan yang amat sangat luas. Pelajar identik dengan orang yang selalu menikmati tahap demi tahapnya dengan belajar.
Seiring dengan bergesernya kehidupan, semakin canggihnya dunia dan serba adanya alat-alat yang membantu sehingga banyak merubah gaya hidup mahasiswa pada umumnya. Dahulu mungkin mahasiswa tatkala diberi tugas yang ada difikirannya ialah kemana harus mencari buku-buku untuk refrensi, namun sekarang buku-buku itu sudah dapat diakses dimanapun adanya.
Diantara yang menjadi gaya nyentriknya mahasiswa akhir-akhir ini ialah kebiasaannya yang mandarah daging bahkan bagi mahasiswa barupun sudah dapat mengikutinya dengan mudah, yakni ngopi, entah itu ngopi sebagai ritual minum kopi bersama ataupun dijadikan sebagai singkatan dari ritual ngolah pikir alias diskusi keilmuan bersama-sama.
Ngopi memang baik untuk kebersamaan dengan teman, dan lebih baik lagi jika diisi dengan diskusi santai terkait keilmuan yang dipelajari di kampus. Namun demikian terlalu serius juga dapat membuat teman terkadang malas ngopi, sehingga dengan inilah kemudian banyak teman-teman yang hanya sededar ngopi, ngobrol A sampai Z, main domino, nyanyi dan makan santai.
Uniknya ada juga yang menggunakan istilah ngopi bukan sekedar minim kopi saja, namun dijadikan istilah untuk kumpulan mahasiswa yang suka berdiskusi santai (ngolah pikir). Hal yang seperti ini lebih baik, selain tetap melakukan kegiatan kebersamaan juga di isi dengan diskusi yang pastinya sedikit banyak akan bertukar pengetahuan dengan teman diskusi.
Mahasiswa juga menjadi tertantang untu mengikuti organisasi tatkala sudah diterima di perguruan tinggi, apapun itu organisasinya yang jelas mereka punya gairah tersendiri. Mengikuti organisasi itu baik dan bagus untuk menambah relasi, wawasan dll jika memang dalam keorganisasiannya terprogram yang demikian. Menjadi baik berorganisasi jika tidak menomor duakan tujuan utama kuliah, tetap aktif masuk kelas, mengerjakan tugas dan belajar mandiri untuk menambah wawasan melalui buku-buku atau jurnal yang tersedia.
Alih-alih ngopi bareng, atau ikut organisasi dengan dalih agar begini sampai begitu. Bahkan saking begitu asyiknya ngobrol hingga mereka lupa pada esensi dari ngopi itu sendiri, kopi-kopi yang telah diaduk dengan tangan-tangan yang mumpuni itu kemudian lupa tidak diseduh hingga tetesan terakhir, diabaikan begitu saja. Apakah ngobrol dengan bingkai ngopi bareng, atau ngolah pikir itu kemudian benar-benar membahas perihal yang konseptual, teoritis dan membangun paradigma yang baru? Tentu tidak, sebagian dari mereka justru hanya sekedar ngobrol santai dan tidak terpetakan apa yang sedang dibahas sehingga intisari dari pembahasannya pun juga tidak jelas. Namun demikian semua itu tidak salah, yang salah justru yang tidak mau ngopi dan berkumpul dengan teman. Lebih salah lagi jika mengutamakan ngopi bareng temen sampai lupa mengerjakan kewajiban, tugas dll yang lebih urgent.
Lantas seberapa pentingkah ikut organisasi bagi mahasiswa baru? Apapun itu jenis dan latar belakang organisasinya. Apakah dengan mengikuti organisasi kemudian menjadi mahasiswa yang intelektual dan cerdas, menjadi kutu buku dan suka menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam bentuk tulisan, baik itu tulisan yang menjadi buku atau sekedar mengisi website yang dia punya.
Banyak jawaban ketika penulis bertanya langsung kepada pelaku yang mengikuti organisasi terkait seberapa pentingkah bagi mahasiswa mengikuti organisasi kemahasiswaan dll. Paling tidak rata-rata mereka menjawab ada dua hal penting yang diuntungkan, 1) menambah dan membangun relasi, 2) menambah wawasan melalui diskusi. Pertanyaannya, apakah diluar organisasi keduanya tidak bisa didapatkan? Jawabannya tentu bisa, namun demikian mungkin dengan berorganisasi keduanya lebih mudah di dapatkan. Terlebih ketika dilakukan bersama-sama, semangatnya bisa bertambah dan bertahan lama. Namun demikian berorganisasi ataupun tidak keduanya tidak ada yang salah juga tidak ada yang sangat diunggulkan.
Untuk menjadi pintar tentu kita harus sering-sering membaca buku dan menulis dengan keilmuan yang dimiliki. Sebagai makhluk sosial sudah tentu harus berinteraksi secara aktif dan baik dengan sesama untuk membangun jiwa kekeluargaan, entah dengan latar belakang agama yang sama, atau berbeda, ras yang berbeda ataupun sama dan seterusnya. Relasi dan menambah wawasan tidak harus dengan orang yang sama persis dengan kita, harus sama agamanya, alirannya, organisasinya, ras, suku dll, tentu tidak. Karena keduanya bisa didapatkan dengan banyak orang yang tidak harus seperti di atas.
Intinya, pandai-pandailah bagi mahasiswa memanaj waktu sehingga tujuan utama kuliah tidak ternomor duakan dengan dalil organisasi, teman, relasi dll. Kuliah harus tetap dilaksanakan dengan maksimal, baik keaktifan mengikuti perkuliahan di kelas, mengerjakan tugas dll yang sifatnya konseptual dalam perkuliahan. Mahasiswa juga harus punya banyak teman, dan juga sebisa mungkin berkumpul dengan teman-teman untuk membangun rasa kekeluargaan, entah perkumpulan itu di isi dengan kajian atau sebatas ngopi saja. Karena hal yang demikian itu mempunyai makna tersendiri.
Yang paling terpenting jangan jadikan alasan masih suka dengan kampusnya sehingga membuat kamu molor untuk lulus kuliah, setidaknya tanam dalam-dalam dalam dirimu bahwa haram menambah semester dari waktu normal perkuliahan. Lebih baik uang itu untuk biaya kuliah di jenjang berikutnya. Ingatlah kerja keras orang tuamu agar kamu bisa terus semangat belajar dan mengerjakan tugas akhir, karna memang mahasiswa tatkala sudah menginjak semester lima ke atas sudah mulai rasa bosen, bingung dan bertanya-tanya nanti lulus mau jadi apa, kerja apa dst. Bahkan banyak yang mengatakan sepertinya aku salah jurusan. dan ini pernyataan yang aneh tapi nyata adanya.
Salah satu profesor yang kebetulan menjadi pembimbing penulisan tugas akhir penulis berpesan kepada sekian banyak mahasiswa bimbingannya bahwa, di antara cara berbaktinya mahasiswa kepada orang tua ialah dengan lulus tepat waktu tanpa menambah semester.
0 Komentar